Ayo kita majukan bangsa INDONESIA dengan Berwira Usaha

Wednesday, October 21, 2009

Peluang Usaha: Bisnis Jual Pulsa, Profit Tipis Namun Prospek Sangat Menjanjikan

Halo, Halo, Siapa Mau Menjadi Juragan Pulsa?
Mengukur peluang usaha jualan pulsa ponsel

Persaingan usaha pengecer pulsa telepon seluler (ponsel) memang semakin sengit. Tapi, masih banyak peluang untuk pendatang baru. Cuma, karena margin keuntungannya tipis, Anda harus bisa menggenjot omzet setinggi-tingginya.



Sejak krisis ekonomi mendera negeri kita, banyak bidang bisnis yang terpuruk, stagnan, atau bahkan mati atawa bangkrut. Tapi, ternyata tak semua bidang bisnis mengalami nasib yang mengenaskan itu. Ada satu bisnis yang justru berkembang pesat tak ketulungan. Bisnis ini tak lain adalah bisnis pulsa ponsel alias handphone.

Ya, dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan, jumlah kios penjual pulsa ponsel terus nongol bak cendawan di musim hujan. Hampir di setiap kios, ruko, pasar, perumahan, perkantoran, dan pengkolan jalan selalu saja ada orang-orang yang membuka gerai penjualan pulsa ponsel. Bahkan, bukan hal yang aneh jika beberapa teman Anda mungkin juga berjualan pulsa di kantor. "Bayangkan, di Jabotabek saja terdapat sekitar 11.000 outlet. Itu di luar para penjual-penjual perorangan," kata Djunaedi Hermawanto Vice President Commerce Jabotabek PT Indosat.

Fenomena ini muncul karena industri ponsel di Indonesia memang berkembang sangat pesat. Saban tahun jumlah pemilik ponsel terus bertambah; dan sekarang sudah mencapai puluhan juta orang. Mengingat peluang pasarnya masih terbuka lebar, operator-operator ponsel baru juga terus bermunculan. Sudah begitu, setiap operator biasanya juga memiliki beberapa produk sekaligus. Misalnya, selain IM3, PT Indosat memiliki produk Matrix dan StarOne. Kemudian, PT Telkom memiliki produk Telkomsel (Simpati, Jitu, dan lainnya) dan Telkom Flexi. Selain itu di pasar masih ada Pro XL, Friend (Mobile-8), dan Esia (Bakrie Telecom).

Jika melihat gambaran ini, bukan hal yang aneh jika permintaan pulsa ponsel juga semakin membengkak dari tahun ke tahun. "Peningkatannya bisa mencapai sekitar 30% (berdasarkan nilai transaksi)," kata Djunaedi. Ketika permintaan pulsa terus bertambah, jumlah penjualnya pun juga ikut bertambah. Sayang, dong, kalau peluang nan gurih itu dilewatkan.

Perputaran bisnis pulsa itu menjadi semakin cepat ketika mulai muncul voucher pulsa elektrik di pasar. Pasalnya, teknologi pengisian pulsa secara elektrik ini membuat para pedagang bisa mengecer pulsa dagangannya ke dalam pecahan yang kecil-kecil. Dulu, ketika baru ada voucher fisik doang, pedagang hanya bisa menjual pulsa dalam pecahan Rp 100.000, atau Rp 50.000. Sekarang, mereka bisa menjual pulsa elektrik dengan nominal Rp 100.000, Rp 50.000, Rp 20.000, Rp 10.000, dan bahkan Rp 5.000 (khusus pulsa SMS). "Pokoknya voucher ini sekarang sudah benar-benar menjadi komoditas," kata Djunaedi lagi.

Dengan pecahan yang semakin kecil, otomatis perputaran duit pada pemilik gerai pulsa juga semakin cepat. Walhasil, karena jumlah transaksi yang terjadi semakin banyak, mereka juga memiliki peluang semakin banyak untuk mengantongi keuntungan.

Rantai usahanya lumayan panjang

Nah, apakah Anda sudah ikut mencicipi manisnya bisnis pulsa ponsel? Jika belum, tak perlu khawatir. Betul, jumlah gerai penjualan pulsa yang sudah sangat banyak memang membuat tingkat persaingan di bisnis ini sangat tinggi. Tapi, selama jumlah pengguna ponsel masih terus bertambah, rezeki dari pulsa ponsel juga belum habis.

Hanya, sebelum mulai menggelontorkan modal, sebaiknya Anda mengenal seluk-beluk bisnis pulsa tersebut terlebih dahulu. Asal tahu saja, rantai usaha pulsa ternyata tak sesimpel yang Anda bayangkan. Untuk bisa sampai ke konsumen akhir, voucher pulsa- baik fisik maupun elektrik-ternyata harus melalui tiga jenjang distribusi. Yaitu, dealer atau distributor, subdealer atau pedagang partai, dan terakhir pengecer.

Di mana peluang untuk Anda? Sebenarnya, Anda bebas memilih salah satu posisi di dalam rantai distribusi tersebut; bisa menjadi dealer, subdealer, atau pengecer.

Masalahnya, untuk bisa menjadi dealer maupun subdealer, prosesnya tidak mudah. "Kita mengajukan kepada operator, disurvei, dan ada jangka waktu percobaan. Kalau menunjukkan kinerja yang baik atau perkembangan yang bagus, barulah dikasih kesempatan," kata Januar Hosen, General Manager PT Nusa Pro, salah satu distributor atau dealer Indosat.

Jika sudah lulus, si distributor akan memperoleh jatah pulsa secara rutin dari operator. Sistemnya adalah sistem diskon. Maksudnya, pihak operator akan menjual pulsanya kepada distributor dengan harga yang sedikit lebih rendah dari harga nominalnya. "Diskon yang diberikan Indosat sekitar 5%-7%," terang Januar.

Selanjutnya, distributor menjual voucher pulsa tersebut dengan memasang margin tertentu. Tapi, marginnya juga tak bisa tinggi-tinggi amat. Menurut Januar, paling banter ia mengambil untung sekitar Rp 200 per voucher.

Problem lainnya, karena bermain dalam partai besar, seorang dealer maupun subdealer harus menyediakan modal yang besar. Sayang, baik Djunaedi maupun Januar tak bersedia memerinci berapa modal yang harus dikeluarkan untuk menjadi dealer maupun subdealer. "Pokoknya, hanya yang kemampuan finansialnya terkuatlah yang akan kita pilih. Selain itu, ia juga harus punya jaringan yang cukup luas," kata Djunaedi memberikan indikasi. Menurut perkiraan KONTAN, modal yang dibutuhkan bisa mencapai puluhan atau bahkan ratusan juta. Wong, bentuk badan hukumnya saja rata-rata sudah perseroan terbatas atau PT, kok.

Daripada pusing-pusing memikirkan semua tetek-bengek itu, Anda bisa memilih posisi yang ujung. Yakni, menjadi pengecer. Posisi yang satu ini tak membutuhkan modal besar. "Tapi, keuntungan yang bisa diperoleh penjual akhir, yang berhadapan langsung dengan pembeli ini, justru paling besar," kata Djunaedi lagi. Sudah begitu, caranya juga sangat simpel.

Menjadi pengecer lebih mudah

Tengok saja pengalaman Fendi, seorang pengecer pulsa yang beroperasi di dekat Superindo dan SMA 26, Tebet, Jakarta. Cara Fendi berjualan pulsa cukup unik dan tidak ribet. Lantaran tak punya modal yang cukup untuk menyewa kios, Fendi memilih berjualan pulsa secara asongan. Fendi memodifikasi sepeda ontel miliknya dengan menambahkan semacam etalase dari kaca di belakang sadel. Di situ, dia menaruh voucher-voucher (fisik) HP yang dia jual. Besarnya bervariasi; mulai dari yang nominalnya Rp 25.000 sampai Rp 100.000. Begitu sampai di tempat biasa mangkal, Fendi langsung memasang papan yang bertuliskan "Jual Voucher HP". Tak ketinggalan, Fendi juga mencantumkan harga-harga pulsa elektrik yang ia jajakan. Setelah itu, duduklah ia menunggu pembeli.

Untuk memulai usahanya ini Fendi mengaku mengeluarkan modal sekitar Rp 4 juta. Modal itu ia pergunakan untuk membeli kartu-kartu voucher pulsa sebesar Rp 2 juta dan membayar deposit pulsa elektrik kepada distributor atau dealer Rp 2 juta. "Yang elektrik pulsanya ditransfer ke ponsel saya. Kalau menjual saya tinggal transfer lagi pulsa itu ke pembelinya," ujar Fendi. Oh, ya, modal itu belum menghitung modal untuk sepeda dan pembuatan etalase.

Setelah ditekuni, ternyata usaha kecil-kecilan ini lumayan menguntungkan. Saat ini, Fendi mengaku bisa mengantongi omzet sekitar Rp 1 juta-Rp 1.5 juta per hari. "Kalau yang beli anak-anak SMA biasanya mereka lebih senang yang elektrik. Tapi, kalau orang kantoran kebanyakan beli yang voucher biasa," tutur Fendi.

Dari voucher elektrik, Fendi mengambil untung sekitar Rp 500-Rp 1000 per kupon. "Kalau yang voucher elektrik harganya bisa berubah-ubah, tergantung dari barang di pasar lagi banyak atau tidak," imbuhnya.

Total jenderal, setelah dikurangi modal, Fendi pun bisa mengantongi keuntungan sekitar Rp 100.000-an per hari. Lumayan, bukan?

Jika ingin memperoleh keuntungan yang lebih besar, tentu saja, Anda harus memperbesar skala usaha. Untuk itu, sebaiknya Anda memiliki tempat usaha berupa kios kecil. Tentu saja lokasinya harus strategis; bisa di pinggir jalan, di dekat perumahan, dekat pasar, kantor, atau dekat sekolahan. Selain itu, Anda juga mesti menyediakan modal yang lebih besar lagi.

Sebagai perbandingan, mari kita tengok kios 28 Celluler yang berada di Pos Pengumben, Jakarta Selatan. Ibu Ella, pengelola kios ini, mengaku sudah memulai usahanya sejak Juni 2002. "Modal yang saya keluarkan sekitar Rp 30 juta, itu belum termasuk untuk belanja awal voucher-nya," ujar Ella. Modal itu sebagian besar ia gunakan untuk menyewa kios, membeli etalase, dan pernak-pernik lain.

Sistem yang lebih canggih juga ada

Sedikit lebih rendah dibandingkan dengan Fendi, Ella mengaku mengambil keuntungan sekitar Rp 500-Rp 1000 per kupon. Tapi, Ella tidak cuma mengandalkan pendapatan dari penjualan pulsa. Untuk menggenjot penjualan ia juga menjajakan beberapa aksesori ponsel. Hasilnya, Ella bisa mengantongi keuntungan sekitar Rp 5 juta per bulan. Itu termasuk keuntungan dari penjualan voucher yang mencapai sekitar 80 kupon per hari.

Agar usahanya sukses, setiap pemilik gerai pulsa tentu saja harus menyediakan produk voucher dari semua operator seluler yang ada. sekarang, sudah ada dealer yang bekerja dengan semua operator. Artinya, kita tinggal bekerja sama dengan satu dealer saja dan kita sudah memperoleh pasokan voucher keluaran semua operator.

Salah satu dealer masuk kategori seperti adalah CHIPPULSA. Perusahaan ini sekaligus menjadi dealer untuk Indosat, Telkomsel, Flexi, ProXL, dan dan lain-lain. CHIPPULSA ini menawarkan pola kerja sama yang unik kepada para pengecer.

Bila adnda tertarik silahkan hubungi CHIPPULSA.

Artikel Terkait



3 comments:

CaraBisnisPulsa said...

Informasi yang berguna buat ane..makasih...Yup kita action di bisnis pulsa.

Salam,
CaraBisnisPulsa

CaraMenjadiAgenPulsa said...

Semoga sukses..

Anonymous said...

Keren nih,, mantabss,, moga lancar dan sukses,,