Ayo kita majukan bangsa INDONESIA dengan Berwira Usaha

Wednesday, October 21, 2009

HONDA : The Power of Dreams"(Inspiring Story)


"HONDA : The Power of Dreams"(Inspiring Story)”

Shoichiro Honda telah mewujudkan impiannya menjadi kenyataan. Dan itu semua berawal ketika ia berusia 12 tahun. Ketika ia memberi nama sepeda ciptaannya dengan nama "Yume" (Dream).

So...keep on dreaming. Dream a big dream. And strive hard to achieve your dreams.

Lihat kendaraan yang melintasi jalan. Pasti, mata Anda selalu terbentur pada kendaraan bermerek Honda, baik berupa mobil maupun motor. Merek kendaran ini memang selalu menyesaki padatnya traffic. Karena itu barangkali memang layak disebut sebagai raja
jalan.

Namun, pernahkah Anda tahu, sang pendiri kerajaan bisnis Honda – Soichiro Honda -- selalu diliputi kegagalan saat menjalani kehidupannya sejak kecil hingga berbuah lahirnya perusahaan bisnis mendunia itu. Dia bahkan tidak pernah bisa menyandang gelar insinyur. Ia bukan siswa yang memiliki otak pandai. Di kelas, dia duduk tidak pernah di depan, selalu menjauh dari pandangan guru.

Saat merintis bisnisnya, Soichiro Honda selalu diliputi kegagalan. Ia sempat sakit, kehabisan uang, dikeluarkan dari kuliah. Namun, ia terus bermimpi dan bermimpi. Dan, impian itu akhirnya terjelma dengan bekal ketekunan dan kerja keras. ''Nilai saya jelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih, karena dunia saya di sekitar mesin, motor dan sepeda,'' tutur Soichiro, yang meninggal pada usia 84 tahun, setelah dirawat di RS Juntendo, Tokyo , akibat sakit lever.

Kecintaannya kepada mesin, jelas diwarisi dari ayahnya yang membuka bengkel reparasi pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuko, Jepang Tengah. Di kawasan ini dia lahir. Kala sering bermain di bengkel, ayahnya selalu memberi seperti palu untuk mencabut paku. Ia juga sering bermain di tempat penggilingan padi melihat mesin diesel yang menjadi motor penggeraknya. Di situ, lelaki kelahiran 17 November 1906 ini dapat berdiam diri berjam-jam. Tidak seperti kawan dia waktu itu yang lebih banyak menghabiskan waktu bermain penuh suka cita. Dia menunjukan keunikan sejak awal. Seperti kegiatan berani yang dipilihnya pada usia 8 tahun, dengan bersepeda sejauh 10 mil. Itu dilakukan hanya karena ingin menyaksikan pesawat terbang.

Bersepada memang menjadi salah satu hobin dia kala kanak-kanak. Dan hasilnya, ketika 12 tahun, Soichiro Honda berhasil menciptakan sebuah sepeda dengan model rem kaki. Sampai saat itu, di benaknya belum muncul impian menjadi usahawan otomotif. Karena dia sadar berasal dari keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah, sehingga membuatnya selalu rendah diri.

Di usia 15 tahun, Honda hijrah ke kota , untuk bekerja di Hart Shokai Company. Bossnya, Saka Kibara, sangat senang melihat cara kerjanya. Honda teliti dan cekatan dalam soal mesin. Setiap suara yang mencurigakan, setiap oli yang bocor, tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun bekerja di situ, menambah wawasannya tentang permesinan. Akhirnya, pada usia 21 tahun, Saka Kibara mengusulkan membuka suatu kantor cabang di Hamamatsu . Tawaran ini dia terima dengan senang.

Di Hamamatsu prestasi kerjanya terusmembaik. Ia selalu menerima reparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun cepat memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena itu, jam kerjan dia tidak jarang hingga larut malam, dan terkadang sampai menjelang pagi. Yang menarik, walau terus kerja otak dia tetap kreatif.

Kejeniusannya membuahkan fenomena. Pada zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari kayu, hingga tidak baik untuk kepentingan meredam goncangan. Menyadari ini, Soichiro punya gagasan untuk menggantikan ruji-ruji itu dengan logam. Hasilnya luar biasa. Ruji-ruji logamnya laku keras, dan diekspor ke seluruh dunia.

Pada usia 30 tahun, Honda menandatangani patennya yang pertama. Setelah menciptakan ruji. Lalu Honda pun ingin melepaskan diri dari direktur dia, membuat usaha bengkel sendiri. Mulai saat itu dia berpikir, spesialis apa yang dipilih ? Otak dia tertuju kepada pembuatan ring piston, yang dihasilkan oleh bengkel dia sendiri pada 1938. Lalu, ditawarkannya karya itu ke sejumlah pabrikan otomotif.

Sayang, karyan dia itu ditolak oleh Toyota, karena dianggap tidak memenuhi standar. Ring Piston buatannya tidak lentur, dan tidak bias dijual. Dia ingat reaksi friends dia terhadap kegagalan itu dan menyesalkan dirinya keluar dari bengkel milik Saka Kibara. Akibat kegagalan itu, Honda jatuh sakit cukup serius. Dua bulan kemudian,dia sembuh dari sakit yang dia derita. Ia kembali memimpin bengkelnya. Tapi, soal ring pinston itu, belum ada solusinya. Demi mencari jawaban, dia kuliah lagi untuk menambah pengetahuannya tentang mesin.

Siang hari, setelah pulang kuliah, dia langsung ke bengkel untuk mencoba pengetahuan yang baru diperoleh. Tetapi, setelah dua tahun menjadi mahasiswa, dia akhirnya dikeluarkan karena jarang mengikuti kuliah. ''Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan diberi penjelasan tentang hukum makanan dan pengaruh, '' ujar Honda, yang di usia muda suka balap mobil. Kepada rektornya, dia jelaskan kuliahnya bukan mencari gelar. tetapi pengetahuan. Penjelasan ini dianggap sebagai
penghinaan. Tapi dikeluarkan dari perguruan tinggi bukan akhir. Dengan kerja kerasnya, desain ring pinston-nya diterima pihak Toyota yang langsung memberikan kontrak. Ini membawa Honda berniat mendirikan pabrik. Impiannya untuk mendirikan pabrik mesinpun serasa kian dekat di pelupuk mata.

Tetapi sial, niat itu tidak jadi. Jepang, karena siap perang, tidak memberikan dana kepada masyarakat. Dia lalu mencoba mengumpulkan modal dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik. Tetapi musibah datang. Setelah perang terjadi, pabrik dia terbakar,
bahkan hingga dua kali kejadian itu dia terima.

Honda tidak pernah berhenti untuk mencoba. Dia bergegas mengumpulkan karyawannya.
Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh kapal Amerika Serikat, untuk digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik.
Penderitaan sepertinya belum akan selesai. Tanpa diduga, gempa bumi meletus
menghancurkan pabriknya, sehingga diputuskan menjual pabrik ring pinstonnya
ke Toyota . Setelah itu, Honda mencoba beberapa usaha lain. Sayang semuanya
gagal.

Akhirnya, tahun 1947, setelah perang, Jepang kekurangan bensin. Di sini kondisi ekonomi Jepang hancur. Sampai-sampai Honda tidak dapat menjual mobilnya akibat krisis moneter itu. Padahal dia ingin menjual mobil itu untuk membeli makanan bagi keluarganya.

Dalam keadaan terdesak, dia lalu kembali bermain-main dengan sepeda pancalnya. Karena memang nafasnya selalu berbau rekayasa mesin, dia pun memasang motor kecil pada sepeda itu menarik perhatian oleh para tetangga. Jadi dia memproduksi sepeda bermotor itu. Para tetangga dan kerabat dia banyak yang memesan, sehingga Honda kehabisan stok. Lalu Honda kembali mendirikan pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan tidak pernah lepas dari dia. Motor Honda berikut mobil, menjadi raja jalan dunia, termasuk Indonesia.

Semasa hidup Honda selalu menyatakan, jangan melihat keberhasila dalam menggeluti industri otomotif. Tapi lihat kegagalan yang dialaminya.

''ORANG MELIHAT KESUKSESAN SAYA HANYA SATU PERSEN.

TAPI, MEREKA TIDAK MELIHAT 99 PERSEN KEGAGALAN SAYA,'' tuturnya. Ia
memberikan petuah,
''KETIKA ANDA MENGALAMI KEGAGALAN, MAKA SEGERALAH MULAI
KEMBALI BERMIMPI. DAN MIMPIKANLAH MIMPI BARU.''

Jelas kisah Honda ini merupakan contoh, bahwa sukses itu bisa diraih
seseorang dengan modal seadanya, tidak pintar di sekolah, dan hanya berasal
dari keluarga miskin.

Artikel Terkait



2 comments:

Anonymous said...

Very very Inspiring..... Athur likes it !!!

Anonymous said...

numpang copas ke http://smpn5malang.wordpress.com/2010/11/09/the-power-of-dreams/